TIDAK DIPEDULIKAN. Program yang tidak terealisasikan dengan baik, masih banyak lorong-lorong yang sampahnya tidak diperhatikan, selokan-selokan di setiap lorong tidak diperbaiki hingga sampah menumpuk dan membuat kota Makassar menjadi banjir. Bahkan yang paling miris di kota metropolitan ini ternyata beberapa terminal yang ada di Makassar tidak dipedulikan oleh pemerintah. (Foto: lindabungasalu.com)
--------
Terminal Gembel
Kota Metropolitan
Ketika melihat
tulisan program pemerintah: “Makassar tidak
Rantasa”, di setiap sudut jalan yang terpampang
besar, tulisan itu bagaikan tidak akan pernah tertutupi bangunan yang kokoh,
megah, dan menjulang tinggi.
Hati ini merasa
bangga, merasa tenang, merasa bahagia,
karena pemerintah masih sangat peduli dengan kondisi lingkungannya, kondisi
masyarakatnya, dan masih peduli terhadap kebersihan
lingkungan.
Saya
berpikir bahwa dengan adanya program pemerintah Makassar akan terbebas dari
tumpukan-tumpukan sampah di pinggir jalan, tidak ada lagi yang mengatakan bahwa
Makassar itu tidak bersih. Itu harapan saya setelah melihat dan membaca program
pemerintah kota Makassar.
Tapi, setelah
berkaca dengan realitas yang terjadi program pemerintah yang katanya “Makassar
Tidak Rantasa”,
yang dulunya membuat saya merasa bangga terhadap pemerintah, sekarang semuanya
serba kontradiksi.
Hati saya mulai
memberontak, mulai marah, seakan ingin menghapus semua tulisan yang terpampang
di pinggir jalan itu.
Program yang
tidak terealisasikan dengan baik, masih banyak lorong-lorong yang sampahnya tidak
diperhatikan, selokan-selokan di setiap lorong tidak diperbaiki hingga sampah
menumpuk dan membuat kota Makassar menjadi banjir. Bahkan yang paling miris di
kota metropolitan ini ternyata beberapa terminal yang ada di Makassar tidak
dipedulikan oleh pemerintah.
Padahal terminal
merupakan tempat berkumpulnya masyarakat yang ingin pergi ke setiap daerah, tempat
menunggunya para keluarga, anak-anak,
bahkan sampai orang tua yang setiap harinya duduk menunggu di terminal itu.
Tempat sampah yang berada di tengah jalan, jalanan yang penuh genangan air,
dan sampah yang berserakan bagaikan terminal yang tidak layak digunakan.
Di mana
pemerintah? Apakah pemerintah hanya tutup mata melihat pemandangan yang sangat
miris itu? Mana program pemerintah? Apakah itu yang
dikatakan “Makassar Tidak Rantasa’?
Ha..ha.. saya
tertawa bahkan kecewa terhadap pemerintah.
Pemerintah
dengan sombongnya membuat program yang dapat memberikan bumbu-bumbu telinga
kepada masyarakat layaknya seorang malaikat. Tapi, di balik
layar pemerintah bagaikan iblis yang tidak pernah benar terhadap perkataannya.
Wahai pemerintah
bangunlah dari tidurmu, bangunlah dari mimpimu yang membuat kau lupa terhadap
tanggung jawabmu. Lihatlah di sekelilingmu masih banyak masyarakat yang
membutuhkan bantuanmu. Kau terpilih karena rakyat dan kau bekerja untuk rakyat. Layanilah
rakyatmu bagikan seorang raja yang siap memerintah kepadamu.
Nama: Muhammad Irfan
Kelas: III D
NIM: 10533802515
Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tugas menulis esai
No comments:
Post a Comment